Profil Desa Tritih Kulon

Ketahui informasi secara rinci Desa Tritih Kulon mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tritih Kulon

Tentang Kami

Profil Kelurahan Tritih Kulon, gerbang udara Kabupaten Cilacap melalui Bandara Tunggul Wulung. Wilayah ini menyajikan dualisme unik antara fungsi transportasi modern dan perannya sebagai lumbung padi perkotaan, di tengah tantangan pesatnya alih fungsi lah

  • Gerbang Udara Cilacap

    Tritih Kulon merupakan lokasi bagi satu-satunya bandar udara di Kabupaten Cilacap, Bandara Tunggul Wulung, yang vital untuk penerbangan carter, sekolah penerbangan, dan penerbangan VVIP.

  • Benteng Pertanian Perkotaan

    Di tengah laju urbanisasi, kelurahan ini masih mempertahankan hamparan sawah yang luas dan produktif, berfungsi sebagai lumbung pangan lokal dan kawasan resapan air.

  • Tantangan Alih Fungsi Lahan

    Menghadapi tekanan pembangunan permukiman yang pesat, yang menyebabkan masifnya alih fungsi lahan pertanian dan meningkatnya tantangan lingkungan seperti banjir.

Pasang Disini

Di antara denyut industri dan kepadatan perkotaan Kabupaten Cilacap, Kelurahan Tritih Kulon di Kecamatan Cilacap Utara menyajikan sebuah potret yang penuh dengan kontras unik. Wilayah ini memegang peran strategis sebagai lokasi bagi satu-satunya gerbang udara di kabupaten, yakni Bandara Tunggul Wulung. Namun pada saat yang sama, Tritih Kulon juga berfungsi sebagai salah satu benteng agraris terakhir di lingkar perkotaan, dengan hamparan sawah hijau yang membentang luas, menjadi lumbung padi yang vital.

Identitas Tritih Kulon terbelah antara modernitas transportasi udara dan kearifan agrikultur tradisional. Di satu sisi, ia adalah beranda depan bagi para pebisnis, investor dan pejabat yang datang melalui jalur udara. Di sisi lain, ia adalah sumber kehidupan bagi para petani yang mengolah lahan di tengah kepungan pembangunan permukiman yang kian pesat. Dualisme antara landasan pacu dan pematang sawah ini menjadikan Tritih Kulon sebagai sebuah studi kasus yang menarik tentang dinamika pembangunan, tantangan alih fungsi lahan, dan upaya mempertahankan ketahanan pangan di tepian sebuah kota yang terus bertumbuh.

Gerbang Udara Tunggal: Dinamika Bandara Tunggul Wulung

Mahkota utama yang memberikan status strategis bagi Kelurahan Tritih Kulon adalah keberadaan Bandar Udara Tunggul Wulung (CXP). Sebagai satu-satunya bandara di Kabupaten Cilacap dan wilayah sekitarnya, Tunggul Wulung memiliki peran yang tak tergantikan dalam menunjang konektivitas, investasi, dan mobilitas tingkat tinggi.

Sejarah dan fungsi Bandara Tunggul Wulung sangat dinamis, terutama dalam hal pelayanan penerbangan komersial berjadwal. Selama bertahun-tahun, bandara ini mengalami fase "buka-tutup" untuk rute-rute komersial, terutama yang menghubungkan Cilacap dengan Jakarta (Bandara Halim Perdanakusuma). Aktivitas penerbangan komersial sangat bergantung pada tingkat keterisian penumpang (load factor) dan pertimbangan ekonomi dari maskapai penerbangan. Meskipun demikian, peran bandara ini jauh lebih luas dari sekadar penerbangan berjadwal.

Fungsi vital lainnya yang lebih stabil meliputi:

  • Pusat Pelatihan Penerbangan
    Tunggul Wulung menjadi basis utama bagi beberapa sekolah penerbangan (flying school) untuk melatih calon-calon pilot. Aktivitas pesawat latih yang hilir mudik di angkasa Tritih Kulon menjadi pemandangan sehari-hari.
  • Penerbangan Carter (Charter Flights)
    Kalangan industri, terutama dari sektor minyak dan gas serta energi, seringkali memanfaatkan penerbangan carter dari dan menuju Tunggul Wulung untuk keperluan bisnis, pergantian kru di anjungan lepas pantai, maupun transportasi eksekutif.
  • Penerbangan Medis dan VVIP
    Bandara ini juga berfungsi untuk melayani evakuasi medis darurat serta menjadi gerbang kedatangan bagi pejabat negara dan tamu-tamu penting (VVIP) yang berkunjung ke Cilacap.

Dengan demikian, meskipun penerbangan komersialnya fluktuatif, Bandara Tunggul Wulung tetap menjadi aset strategis yang menjaga Cilacap tetap terhubung melalui jalur udara, mendukung sektor pendidikan aviasi, dan melayani kebutuhan krusial industri.

Benteng Agraris di Tengah Urbanisasi

Berjalan hanya beberapa ratus meter dari pagar bandara, lanskap modernitas seketika berganti dengan pemandangan pedesaan yang menenangkan. Hamparan sawah yang subur mendominasi sebagian besar wilayah Kelurahan Tritih Kulon, menjadikannya sebagai salah satu "sabuk hijau" dan lumbung padi terpenting bagi kawasan perkotaan Cilacap.

Keberadaan lahan pertanian produktif di tengah kepungan pembangunan ini memiliki arti yang sangat penting:

  • Ketahanan Pangan Lokal
    Sawah-sawah di Tritih Kulon menjadi pemasok beras dan hasil pertanian lainnya untuk pasar-pasar terdekat, membantu menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat lokal.
  • Fungsi Ekologis
    Hamparan sawah berfungsi sebagai area resapan air alami yang vital. Ia membantu menampung air hujan dan mengurangi beban sistem drainase perkotaan, sehingga menjadi salah satu pengendali banjir alami bagi kawasan sekitarnya.
  • Pelestarian Kultur Agraris
    Di Tritih Kulon, profesi sebagai petani masih menjadi sumber kehidupan bagi banyak keluarga. Mereka mewarisi cara bercocok tanam dan kearifan lokal yang telah berlangsung selama beberapa generasi, mempertahankan kultur agraris di tengah arus modernisasi.

Pemandangan para petani yang sedang membajak sawah dengan latar belakang pesawat yang akan mendarat adalah sebuah potret kontras yang merangkum esensi Kelurahan Tritih Kulon.

Persimpangan Pembangunan: Permukiman dan Alih Fungsi Lahan

Posisi Tritih Kulon yang strategis, dekat dengan pusat kota namun masih memiliki ketersediaan lahan yang luas, menjadikannya sebagai target utama bagi pembangunan permukiman baru. Dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan perumahan di wilayah ini berlangsung sangat pesat. Puluhan pengembang telah membangun kompleks-kompleks perumahan untuk memenuhi permintaan hunian dari masyarakat kelas menengah yang terus meningkat.

Namun pertumbuhan ini datang dengan konsekuensi yang signifikan, yaitu alih fungsi lahan secara masif. Lahan-lahan sawah yang tadinya produktif, sedikit demi sedikit berubah menjadi deretan rumah dan ruko. Fenomena ini menempatkan Tritih Kulon di sebuah persimpangan krusial antara kebutuhan akan papan (perumahan) dan kebutuhan akan pangan (pertanian).

Alih fungsi lahan ini menciptakan serangkaian tantangan baru. Berkurangnya lahan pertanian tidak hanya mengancam produksi pangan lokal, tetapi juga menghilangkan area resapan air. Hal ini berkorelasi langsung dengan meningkatnya risiko dan luas genangan banjir yang terjadi di wilayah tersebut saat musim hujan tiba. Perubahan ini juga berdampak pada struktur sosial, di mana masyarakat yang tadinya homogen sebagai komunitas agraris kini menjadi lebih heterogen dengan masuknya penduduk baru dari berbagai latar belakang profesi.

Tantangan Infrastruktur dan Lingkungan

Perkembangan yang pesat di Tritih Kulon menuntut adanya penyesuaian dan peningkatan kapasitas infrastruktur. Salah satu tantangan paling mendesak yang dihadapi oleh warga dan pemerintah kelurahan adalah penanganan banjir. Topografi wilayah yang cenderung datar dan hilangnya lahan resapan membuat sistem drainase yang ada seringkali tidak mampu menampung volume air hujan. Normalisasi sungai-sungai kecil dan saluran drainase menjadi prioritas utama yang selalu diusulkan dalam setiap musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

Selain itu, pembangunan perumahan yang masif juga perlu diimbangi dengan penyediaan infrastruktur jalan lingkungan yang memadai, fasilitas pengelolaan sampah, serta ruang terbuka hijau sebagai pengganti dari lahan sawah yang hilang. Pemerintah Kelurahan Tritih Kulon berada di garda terdepan dalam mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhan ini kepada pemerintah kabupaten, berupaya mencari titik temu antara laju pembangunan dan kelestarian lingkungan.

Pada akhirnya, Kelurahan Tritih Kulon adalah sebuah wilayah yang sedang mencari keseimbangan. Ia adalah cerminan dari tantangan yang dihadapi banyak kota di Indonesia: bagaimana menavigasi urbanisasi tanpa mengorbankan aset-aset vital seperti lahan pertanian dan fungsi ekologisnya. Masa depan Tritih Kulon tidak hanya bergantung pada seberapa sering pesawat mendarat di bandaranya, tetapi juga pada seberapa bijak para pemangku kepentingan merencanakan tata ruangnya. Menjaga harmoni antara landasan pacu, pematang sawah, dan atap-atap rumah akan menjadi kunci untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan mensejahterakan seluruh warganya.